Minggu, 01 April 2012

Petik Laut Sebentuk Syukur Rakyat Banyuwangi


Kapal kapal yang berhias indah pada pesta rakyat petik laut 
Kapal-kapal berjajar dengan hiasan yang cukup indah, berbagai motif dan nilai seni berpadu disana. Sungguh paduan nilai seni yang tiada tara, wujud dari estetika kelokalan yang  luar biasa indahnya. Tua muda berkumpul menjadi satu, dari semua kampung bersama menyatu menjadi satu berbaur dengan semangat suka cita yang di ekpresikan dengan ungkapan syukur akan nikmat yang dilimpahkan dari alam untuk umat manusia. Pesta rakyat Petik laut Muncar begitu biasa orang menyebutnya, ya muncar adalah nama salah satu kecamatan yang ada di ujung paling timur pulau jawa tepatnya di kabupaten banyuwangi jawa timur. Tradisi petik laut  sudah ada sejak muncar berkembang menjadi pusat kegiatan penangkapan ikan. Pada mulanya upacara dilaksanakan berdasarkan pranatamangsa, kemudian dilaksanakan setiap bulan Sura sekarang ditetapkan setiap tanggal 15 sura.
Upacara ini bernilai sakral dengan acara puncaknya adalah melarung perahu kecil yang berisi sesaji yang terdiri dari kepala kambing, berbagai macam kue, buah- buahan, pancing emas, candu dan dua ekor ayam jantan yang masih hidup.
Pada malam harinya, di tempat perahu untuk sesaji dipersiapkan dilakukan tirakatan. Di beberapa surau atau rumah diadakan pengajian atau semaan sebelum perahu dilarung, tirakatan berupa doa bersama mempunyai tujuan agar  nelayan dijauhkan dari musibah malapetaka, fitnah, serta diberikan ketentraman dan kemudahan dalam mencari rejeki atau dalam tradisi masyarakat dibanyuwangi sering diungkapkan dengan ungkapan supoyo adoh bilahine, cepak rejekine, slamet sak sobo parane, guyub rukun bebrayane, gampang anggone luru sandang pangan, kalis saking sakabehe sambikolo (supaya dijauhkan dari petaka, di dekatkan rezeki, selalu diberi keselamatan kemanapun kaki melangkah, rukun dalam bermasyarakat, dimudahkan dalam menjacari penghidupan, terhindar dari segala musibah).
Setalah itu paginya  perahu sesaji tersebut diarak diperkampungan, dan kegiatan ini disebut dengan idher bumi. Selanjutnya perahu tersebut dilarung diiringi oleh ratusan perahu nelayan yang dihiasi dengan umbul-umbul. Perjalanan diteruskan ke Sembulungan, ke makan Sayid yusuf, orang pertama yang membuka daerah tersebut. Disinilah biasanya tari gandrung di pentaskan. Sepulang dari sembulungan perahu nelayan yang akan mendarat di guyur dengan air laut yang di gambarkan sebagai guyuran Shang Hyang Iwak, sebagai Dewi laut.
Perhelatan pesta rakyat daerah pesisir di Muncar, Kabupaten Banyuwangi.  sekarang, dipakai juga sebagai satu  wahana budaya dan tradisi masyarakat nelayan di Kecamatan Muncar dampak positif lain saat ini Petik Laut juga menjadi sebuah sarana untuk menggali kembali berbagai potensi lokal seperti kesenian lokal, aneka perlombaan (gerak jalan, panjat pinang, lomba dayung, jalan sehat) yang melibatkan hampir semua lapisan masyarakat di Muncar. Rangkaian kegiatan ini juga disertai pesta rakyat dengan pasar malam dan aneka hiburan seperti dangdut, gandrung tarian tradisional banyuwangi warisan suku osing dan tayub dan budaya lokal lainya.   
Petik laut yang dilaksanakan setiap tanggal 15 bulan Suro dalam kalender Jawa ini, tidak sekadar agenda rutin nelayan Muncar tetapi sudah menjadi salah satu aset budaya Kabupaten Banyuwangi. Hampir setiap tahun kegiatan ini selalu menyedot perhatian banyak masyarakat, tidak hanya warga Banyuwangi, tapi juga masyarakat luar daerah. Tentunya ini salah nilai budaya yang harus terus dipertahankan dan diharapkan mampu membarikan manfaat bagi penduduk sekitar atau lebih jauhnya busi menjadi daya tarik wisata di kabupaten banyuwangi. SEMOGA.

0 komentar:

Posting Komentar